Dampak pendemi Covid-19 menyerang hampir seluruh negara termasuk Indonesia, tanpa terkecuali calon investor yang baru akan memulai investasi tapi belum memiliki dana darurat. Jadi, baiknya investasi lebih dahulu atau menyiapkan dana darurat?
Baca Juga: Mengenal dan Menyiapkan Dana Darurat
Idealnya setiap siapapun dan terlebih pekerja, memiliki dana darurat. Dana darurat yang disiapkan minimal 3 kali dari pengeluaran bulanan. Jika memungkinkan, sebaiknya ditambahkan sesuai kondisi. Bagi yang belum punya dana darurat, kalau bisa mulai untuk mengalokasikan sedikit demi sedikit untuk punya dana darurat.
Soal sebaiknya menyiapkan dana darurat lebih dahulu atau memulai investasi, Tejasari mengatakan harusnya dana darurat dulu. Tapi kadang jumlahnnya besar, dan perlu waktu lama untuk terkumpul.
Penempatan uang untuk dana darurat tidak bisa sembarangan. Dikarenakan kebutuhannya untuk mengantisipasi risiko darurat, maka dana darurat ini disiapkan di dalam instrumen yang likuid. Instrumen yang bisa dipilih bermacam-macam seperti reksadana pasar uang (reksadana yang antara lain diinvestasikan di deposito berjangka bank, Surat Utang Negara).
Dana darurat bisa ditaruh di reksadana pasar uang. Kemudian untuk investasi yang sifatnya jangka panjang seperti persiapan pensiun, atau mau beli rumah 5 tahun dari sekarang misalnya, bisa reksadana saham.
Kembali, dana darurat bisa sebagai dana untuk pengeluaran yang tidak terduga atau urgent yang bisa terjadi kapan saja. Sementara, investasi penting untuk pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang, seperti investasi pendidikan anak. Makanya, baik kalau memiliki keduanya.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan dana darurat dan investasi secara bersamaan.
Baca Juga: Mau Sehat Finansial? Yuk Lakukan Hal ini
Untuk bisa memiliki dana darurat dan investasi secara berbarengan, harus diketahui terlebih dulu berapa total pendapatan yang dimiliki. Kemudian berapa besar pengeluaran setiap bulannya.
Misalnya, pendapatan yang dimiliki mencapai Rp10 juta per bulan. Sementara pengeluaran per bulannya hanya Rp9 juta. Berarti uang yang tersisa hanya Rp1 juta.Dana sebesar itu bisa dialokasikan sebagai dana darurat dan investasi.
Dengan kata lain, sisa dana Rp1 juta dialokasikan Rp500.000 untuk dana darurat dan Rp500.000 untuk investasi.
Sebaiknya, jangan gabungkan antara dana darurat dan tabungan bulanan atau tabungan untuk membayar tagihan dan kewajiban bulanan. Maka, misalnya bisa ditempatkan di reksadana pasar uang. Untuk investasi, tidak ada aturan khusus seperti dana darurat yang mesti punya rekening khusus.
Hal yang harus diperhatikan dari investasi adalah tujuannya. Jika untuk pendidikan, perkirakan jumlah investasi yang harus dikumpulkan. Salah satu instrumen investasi yang bisa digunakan adalah reksadana saham.
Tentunya akan percuma perencanaan alokasi dana darurat dan investasi secara berbarengan jika tidak disiplin dalam menjalankannya. Ingin hasil yang maksimal, Anda harus teratur dan berkelanjutan dalam mengumpulkan dana darurat dan menempatkan dana untuk investasi.
Seiring peningkatan penghasilan, jangan lupa untuk meningkatkan nilai dana darurat dan investasi. Sebab kalau nilai dana darurat dan investasi bisa tergerus nantinya karena tak menyesuaikan dengan besaran investasi.
Anda tidak mau nilai dana darurat dan investasi terasa kecil karena besaran dana yang dialokasikan segitu-segitu saja kan?
Baca Juga: Mengelola Dana Darurat yang Baik, Ini Tipsnya!
Langkah yang paling tepat untuk segera menjalankan dua hal tersebut adalah mulai menyiapkannya sedini mungkin. Dana darurat dan investasi tentu akan maksimal hasilnya jika dikumpulkan sejak dini, secepat mungkin.
Dengan begitu, keuntungan yang akan didapatkan juga sangat maksimal. Seandainya ada keperluan mendadak yang tidak terduga, Anda juga akan merasa tenang karena sudah mempersiapkan dana darurat dan investasi.
Sumber: https://www.pexels.com/photo/counting-dollar-bills-4968631/