Tips mengatur keuangan keluarga dengan satu sumber penghasilan di dalam rumah tangga sangat perlu dipelajari dan penting dilakukan. Hal itu bertujuan untuk membuat perencanaan finansial yang baik dan memungkinkan keluarga tersebut meraih masa depan yang lebih cerah.
Baca Juga: Cara Atur Keuangan Rumah Tangga
Memang, jamak diketahui bahwa tidak semua orang memiliki lebih dari satu sumber penghasilan di dalam rumah tangga. Pasalnya, terdapat juga keluarga yang hanya memiliki satu sumber penghasilan. Dengan satu sumber penghasilan ini maka keluarga itu harus mampu memenuhi semua kebutuhan, mulai dari anak-anak hingga orang tua yang ikut tinggal bersama, jika demikian kondisinya.
Di sisi lain, setiap orang tentu ingin sekali memiliki sumber penghasilan lebih, tetapi tidak semua dapat mewujudkannya. Biasanya, hal itu disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki. Selain itu, memang akan berat terasa jika hanya memiliki satu sumber penghasilan untuk keluarga.
Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh saat suami istri dalam satu rumah tangga sama-sama bekerja. Meski begitu, terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan hanya istri atau suami saja yang bekerja. Sebagai contoh, salah satu pasangan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau istri memutuskan untuk fokus mengurus rumah tangga atau menjadi ibu rumah tangga (IRT) saja.
Terkait kondisi yang demikian, ada sejumlah upaya yang dapat diperbuat demi terciptanya kondisi keuangan yang stabil sekaligus untuk meraih tujuan finansial yang lebih baik. Di bawah ini akan disajikan beberapa tips mengatur keuangan keluarga dengan satu sumber satu penghasilan.
Dapat dipastikan bahwa seseorang dapat hidup dengan nyaman dan tentram dengan semua pendapatan yang dimiliki apabila ia memiliki perencanaan keuangan yang baik. Adapun hal pertama yang perlu dilakukan dalam mengatur keuangan keluarga, yakni membuat anggaran dan menerapkannya. Dalam hal ini, penting untuk menganggarkan setiap pengeluaran bulanan ke dalam beberapa kategori.
Dengan demikian, seseorang dapat mengevaluasi pengeluaran mana saja yang bisa dipotong atau dialihkan untuk keperluan yang lainnya. Selain itu, perlu juga untuk berkomitmen dalam menjaga kesehatan arus kas. Hal itu karena peralihan dual income ke single income sama halnya dengan peristiwa berkurangnya pendapatan per bulan.
Tentu saja, hal itu mewajibkan seseorang untuk mulai menyesuaikan ulang pengeluaran rutin keluarganya. Jika perlu memotong pengeluaran maka potonglah pengeluaran yang bersifat keinginan bukan kebutuhan atau pengeluaran yang bersifat wajib.
Kemudian, lunasilah juga seluruh utang konsumtif jangka pendek yang berbunga besar agar beban keuangan menjadi lebih ringan. Usahakan pula agar tetap memiliki nilai arus kas bersih (selisih pemasukan dan pengeluaran) minimal setara dengan 10% pemasukan.
Tips berikutnya adalah jangan pernah melakukan pembelian suatu barang hanya untuk mengesankan orang lain, tetapi lakukanlah pembelian berdasarkan kebutuhan dan prioritas masing-masing. Pasalnya, ada banyak rumah tangga yang terjebak dalam pola pikir konsumtif, yakni mereka yang menghabiskan lebih banyak pengeluaran ketimbang apa yang mampu dihasilkan atau diperoleh.
Dalam hal ini, upaya berikutnya, yakni mengatur ulang tujuan investasi dengan menggunakan skala prioritas. Terkait hal itu, catat ulang lagi tujuan-tujuan investasi, baik dalam jangka waktu pendek hingga jangka yang panjang.
Tentu saja dalam hal ini investasi untuk ketersediaan dana pendidikan anak, DP hunian, maupun dana pensiun dapat menjadi prioritas utama seseorang. Di sisi lain, semua bentuk keinginan, seperti belanja gadget, barang branded, liburan ke luar kota, pembelian kendaraan bermotor, dan lainnya dapat ditunda terlebih dulu sampai kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas itu terpenuhi.
Kemudian, hindari pula berinvestasi tanpa tujuan finansial yang jelas. Dalam arti, jangan berinvestasi hanya lantaran iming-iming imbal hasil tinggi. Maka dari itu, sangat disarankan untuk berinvestasi pada instrumen yang dipahami dan menggunakan uang dingin, bukan uang yang telah dialokasikan untuk kebutuhan-kebutuhan keluarga.
Apabila seseorang diketahui memang serius ingin melunasi utang, itu berarti ia harus berencana untuk tidak masuk lebih jauh ke dalam jeratan utang. Untuk langkah awal adalah dengan melunasi utang yang dimiliki selekasnya.
Baca Juga: Masalah Keuangan yang paling Sering Dihadapi Keluarga
Jika seseorang atau anggota keluarganya mengalami kejadian yang tidak terduga, kepemilikan dana darurat tentu akan sangat bermanfaat. Sebagai contoh, saat ada keluarga yang sakit atau dipecat dari tempat bekerja.
Karena itu, penting untuk mulai menyisihkan sebagian penghasilan yang diperoleh untuk mempersiapkan dana darurat ini. Untuk jumlah dana darurat yang ideal, yakni dengan jumlah dana yang mampu memenuhi biaya hidup keluarga selama 3-6 bulan ke depan. Penyimpanan dana darurat ini bisa dilakukan di dalam rekening tabungan agar suatu waktu gampang dicairkan.
Apabila sudah mempersiapkannya sejak dulu maka tambahlah jumlah dana darurat itu sekarang juga. Pasalnya, keluarga dengan single income tentu memiliki risiko finansial yang lebih besar ketimbang dual income.
Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk menambah ketersediaan dana darurat dari yang awalnya 6 kali pengeluaran bulanan menjadi 9 kali. Bukan itu saja, penambahan dana daurat pun mesti dilakukan dengan pertimbangan risiko profesi si pencari nafkah. Hal itu karena kian tinggi risiko pekerjaan atau semakin tidak stabil pendapatan si pencari nafkah maka dipastikan semakin besar pula dana darurat yang harus dipersiapkan.
Dana pendidikan anak, dana membeli rumah, dana berlibur, dana membeli mobil, dan seterusnya menjadi sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi di masa depan. Apabila seseorang atau si pencari nafkah tidak mempersiapkan dana itu dari awal, boleh jadi suatu hari berbagai kebutuhan ini bakak sangat sulit dipenuhi.
Dengan demikian, ketika tidak mampu memenuhi, seseorang harus berutang yang kemudian jelas bakal menambah beban keuangannya. Salah satu yang dapat dipersiapkan untuk masa depan adalah asuransi jiwa. Asuransi jenis ini wajib dimiliki oleh pencari nafkah.
Baca Juga: Konflik Keuangan dalam Rumah Tangga
Saat si pencari nafkah tidak lagi mampu bekerja lantaran sakit, kehilangan fungsi organ tubuh, atau meninggal dunia maka uang pertanggungan (UP) dari asuransi jiwa ini akan cair dan dapat digunakan oleh ahli waris untuk hidup. Namun, untuk memilih asuransi jiwa yang tepat, ketahuilah terlebih dulu kebutuhan uang pertanggungan masing-masing.