Rumah tangga tentunya tidak akan bisa lepas dari masalah. Ada beberapa masalah rumah tangga yang sering menerpa pasangan suami istri. Pada umumnya, masalah keluarga mencakup segala bentuk dinamika, perilaku, dan atau pola yang mengganggu rumah tangga atau keluarga.
Ketika menghadapi masalah rumah tangga, memang harus dihadapi bersama ya. Jangan sampai masalah tidak terselesaikan dan memberi dampak buruk untuk hubungan.
Namun pada kenyataannya menyelesaikan masalah dalam keluarga tak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam kebanyakan kasus, upaya untuk menyelesaikan masalah keluarga berakhir dengan kebuntuan, bahkan saling memusuhi.
Sebenarnya, masalah yang terjadi pada keluarga di Indonesia tidak lepas dari beberapa masalah yang berhubungan dengan masalah ekonomi, perbedaan pendapat antara anak dan orang tua, perubahan anggota keluarga, serta masalah yang tidak ada jalan keluarnya kerap menyebabkan perdebatan dan memicu amarah antar keluarga.
Salah satu masalah yang paling umum dalam rumah tangga adalah keuangan. Ketika pasangan terlibat konflik keuangan, perselisihan merupakan simbol perbedaan nilai tentang uang. Di masa ekonomi yang sulit, tekanan keuangan dapat menyebabkan stres. Pasangan yang sangat tertekan tentang uang kemungkinan lebih sering bertengkar.
Memang perlu diakui bahwa uang punya peran penting di dalam hidup tapi jangan sampai hanya gara-gara uang hubungan harmonis berakhir tragis!
Lalu masalah keuangan apa saja yang paling sering terjadi di dalam sebuah keluarga? Simak ya sob.
Pekerjaan terbilang mapan, statusnya menengah keatas, gaji besar. Namun, ada saja yang merasa sulit membeli rumah. Mereka tentunya ingin punya rumah dekat dengan kantor dan fasilitas umum lainnya. Tapi harga rumah di pusat kota tidaklah murah.
Harga hunian bahkan bisa melonjak hingga 300 persen dalam 10 tahun ke depan. Wilayah-wilayah yang dulu tidak di lirik kini menjadi mahal setelah pemekaran dan dibukanya akses transportasi.
Daripada tidak kunjung punya rumah, kelas menengah sebaiknya mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang artinya harus menyisihkan gaji paling sedikit 30 persen untuk membayar cicilan rumah.
Pastinya salah satu alasan kamu berkeluarga adalah ingin juga memiliki anak. Anak merupakan harta yang paling berharga dan kita sebagai orang tua pastinya ingin sekali memberikan yang terbaik bagi kehidupan anak.
Membesarkan anak di era milenium tidak bisa dibilang murah. Kehadiran anak berarti membutuhkan ruangan tambahan yang artinya harus merenovasi rumah. Belum lagi baju yang harus dibeli setiap dua bulan sekali (karena bayi cepat tumbuh besar), popok, susu, mainan, serta kesehatan.
Setiap orang tua juga pasti ingin mengupayakan pendidikan yang terbaik untuk anak. Untuk mendapatkan yang terbaik, anak pun dimasukkan ke sekolah tertentu bahkan sejak balita.
Kesehatan adalah kebutuhan primer. Namun data yang dirilis Forbes menunjukkan jika pekerja di berbagai perusahaan besar di mana kebanyakan dari mereka merupakan kelas menengah hanya mengandalkan asuransi kesehatan dari kantor.
Alasannya karena asuransi pribadi terlalu mahal dan bukan kebutuhan mendesak selama biaya asuransi masih di tanggung oleh kantor. Akibatnya ketika kelas menengah menderita penyakit serius, keuangan mengalami guncangan.
Maka dari itu, menyisihkan dana untuk asuransi kesehatan tetap patut diperjuangkan.
Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak, termasuk biaya pendidikannya hingga perguruan tinggi. Namun masih saja ada yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak.
Tidak ada persiapan dana pendidikan anak sejak awal. Makanya, begitu anak ingin masuk sekolah, naik ke tingkatan yang lebih tinggi, orangtua kelabakan tidak punya uang untuk membayar uang gedung, uang semesteran atau SPP, dan lainnya.
Itulah mengapa perencanaan keuangan sangat penting bagi keluarga. Disiplin dalam pengelolaan akan membuat hidup lebih mudah.
Foto dari freepik.com