Investasi saham memang menjadi salah satu instrumen investasi yang dianggap paling menguntungkan hanya saja dikenal memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi sehingga tidak disarankan bagi pemula. Untuk para pemula biasanya lebih disarankan untuk berinvestasi reksadana.
Reksadana merupakan salah satu instrumen investasi yang merupakan suatu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat di mana dana tersebut kemudian akan dikelola oleh Manajer Investasi (MI) untuk diinvestasikan dalam Portofolio Efek. Portofolio Efek terdiri dari obligasi, saham, deposito, surat berharga, dan lain-lain.
Selain investasi reksadana, investasi emas juga menjadi pilihan yang tepat karena minim risiko dan juga dapat mengejar kenaikan inflasi sehingga bisa memberikan keuntungan. Namun untuk memudahkan anda, berikut akan dibahas mengenai perbandingan reksadana dan emas sebagai instrumen investasi :
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Manajer Investasi yang akan mengelola instrumen pasar modal anda di mana jenis reksadana yang sering dipilih yaitu pasar uang, obligasi, dan saham dengan tingkat risiko paling kecil hingga besar namun risiko reksadana saham memang tidak setinggi saham.
Reksadana termasuk investasi likuid karena hanya membutuhkan 1-3 hari kerja untuk pencairan hanya saja perekonomian akan berdampak pada investasi reksadana apalagi jika anda tidak pintar dalam mengelola portofolio dan melihat kondisi perekonomian.
Meskipun sudah dikelola oleh Manajer Investasi, bukan berarti dapat menjamin anda tidak akan mengalami resiko. Jadi anda harus benar-benar memahami pasar uang dan pasar saham jika ingin berinvestasi reksadana.
Apalagi jika anda membeli reksadana saham yang tentu berdampak pada perekonomian. Return reksadana yang didapatkan tidak pasti jika anda tidak mengamati perkembangan perekonomian yang akan berujung kerugian. Asal memilih Manajer Invesetasi juga akan meningkatkan risiko kerugian dan gagal bayar oleh Manajer Investasi.
Contohnya dari kasus PT Asuransi Jiwasraya terkait industri pasar modal terutama industri reksadana. Setelah sedikitnya 800 rekening efek terkait Jiwasraya diblokir oleh Kejaksaan Agung, sejumlah perusahaan MI dikabarkan tidak mampu membayar nasabah yang ingin menarik dana reksadana mereka.
Hal ini tentu merugikan nasabah membuat pencairan dana yang harusnya hanya membutuhkan 1-3 hari malah membutuhkan waktu lebih lama karena gagal bayar dari MI. Inilah yang menjadi pertimbangan banyak investor karena risiko gagal bayar MI jika salah dan asal dalam memilih MI.
Selain itu, yang perlu diperhatikan lagi dalam melakukan investasi reksadana adalah adanya biaya management yang jumlahnya tidak sedikit. Manajer Investasi (MI) mendapatkan keuntungan dari biaya manajemen yang besarnya cukup besar dan biaya ini akan dibebankan kepada unit investasi Anda dalam kondisi untung maupun rugi.
Emas menjadi instrumen investasi yang sangat likuid sehingga sering dijadikan sebagai investasi banyak orang dan dapat dijual kembali ketika membutuhkan dana darurat. Hasil penjualan bisa didapatkan pada saat itu juga saat dijual. Apalagi harga jual emas yang juga selalu meningkat setiap tahunnya sehingga emas menjadi salah satu investasi tanpa risiko yang tinggi.
Bahkan dalam satu tahun terakhir ini, harga emas meningkat hingga hampir mencapai 50% meskipun perekonomian sedang dalam keadaan yang tidak stabil karena wabah virus corona. Saat ini bahkan harga emas per gram sudah mencapai Rp 1 jutaan sedangkan pada tahun lalu hanya sekitar Rp 700 ribuan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan banyak yang menyukai berinvestasi emas batangan.
Selain investasi emas batangan, investasi reksadana, dan investasi saham, anda juga dapat berinvestasi emas digital dengan emas yang bisa dibeli mulai 0.01 gram di Sehatigold.com dibandingkan emas batangan yang bisa dibeli minimum 1 gram. Tidak perlu khawatir karena emas digital ini nantinya dapat ditukar menjadi emas batangan atau logam mulia sesuai berat emas digital yang sudah anda investasikan.
Hadirnya emas digital belakangan ini menjawab kebutuhan investasi dari kalangan investor retail yang mengharapkan adanya media investasi emas yang likuid, efisien, dan transparan. Sebelum hadirnya emas digital ini, investor retail hanya dapat melakukan investasi emas melalui logam mulia atau perhiasan emas. Sayangnya logam mulia memiliki selisih jual beli yang cukup tinggi sehingga akan menggerus keuntungan dari emas tersebut.