Harga emas hari ini terjun bebas. Harga emas per gram tercatat
Rp 817.000 per gram (sumber: sehatigold.com). Sehari sebelumnya, harga emas tercatat
Rp 836.000 per gram. Penurunan harga ini adalah penurunan yang paling dalam
semenjak kurun waktu 1 bulan terakhir seperti yang tercatat di grafik harga
emas.
Menurunnya harga emas tersebut diakibatkan oleh anjloknya
nilai Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah. Tercatat nilai tukar Rupiah sebesar
Rp 14.186 / Dollar Amerika. Nilai harga emas sendiri mengalami penurunan
menjadi $1.728 / oz. Beberapa saat lalu, Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika sempat menyentuh Rp 15.435 / Dollar Amerika. Penurunan tersebut setara
dengan 8,8%.
Penyebab anjloknya nilai tukar Negara Paman Sam tersebut disinyalir
dikarenakan kerusuhan yang terjadi semenjak akhir pekan lalu. Kerusuhan
tersebut dipicu oleh meninggalnya George Floyd di tangan polisi Amerika. George
Floyd adalah orang berkulit hitam yang tidak bersalah dan diinjak oleh seorang polisi
Amerika bernama Derek Chauvin. George diinjak oleh Derek di bagian leher selama
paling sedikit tujuh menit.
Kejadian tersebut direkam oleh ponsel dan menjadi viral.
George berulang kali berusaha mengatakan bahwa ia tidak bisa bernafas namun hal
tersebut diabaikan oleh Polisi Derek sehingga mengakibatkan kematiannya.
Viralnya video tersebut mengundang kritis yang tajam
terhadap rasialisme dan tindakan polisi yang dianggap semena-mena. Berbagai
kritik ditujukan kepada kepolisian Amerika Serikat akan tetapi kritik tersebut
diabaikan sampai puncaknya Presiden Donald Trump yang berpihak kepada polisi
mengatakan untuk “menembak” mereka yang membuat kerusuhan melalui akun
Twitternya.
Twitter, untuk pertama kalinya, menyatakan perlawanan kepada
Presiden Amerika tersebut dengan menyatakan bahwa sang Presiden telah menyalahi
peraturan media sosial dengan mempromosikan kekerasan dan kebencian.
Demonstrasi pun terjadi di beberapa kota besar di Amerika
Serikat seperti New York, Chicago, Philadephia, Seattle, sampai ke ibukota
negara di Washington DC. Demonstrasi tersebut bertujuan mengkritis kekerasan
dan kesemena-menaan polisi terutama terhadap kaum minoritas di Amerika Serikat.
Demonstrasi yang berawal dengan damai tersebut mulai ricuh
dengan adanya penjarahan di pusat-pusat perbelanjaan di Amerika Serikat. Kejadian
tersebut memicu Presiden untuk mengerahkan Polisi Militer dan Tentara Nasional
yang justru memperkeruh situasi.
Perlu diingat juga bahwa ekonomi Amerika Serikat baru saja
terhantam oleh dampak pandemi COVID-19 di mana bisnis-bisnis, terutama usaha
kecil terancam gulung tikar karena lock-down yang diterapkan. Angka pengangguran
meningkat drastis mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah.
Hal-hal tersebutlah yang sepertinya memicu pelemahan nilai
tukar Dollar Amerika.