Tahukah sobat bahwa sebenarnya sudah banyak yang menjadikan wine (minuman anggur)
sebagai instrumen investasi. Salah satunya wine dari Burgundy. Bahkan ada perusahaan
pengelola investasi yang tersebar di beberapa negara. Salah satunya Wine Investment Fund.
Kepopuleran wine yang berasal dari perkebunan Burgundy, Prancis ini makin terlihat di satu
dekade belakangan. Pergerakan harga wine Burgundy tidak pernah surut, alias kian
melambung. Bahkan mengutip The Economist, hasil investasi wine Burgundy periode 2003-
2018 berhasil mengalahkan imbal hasil invetasi di bursa saham Amerika Serikat (AS).
Faktor yang mempengaruhi tingginya harga atau nilai jual wine antara lain yaitu besarnya
permintaan dan penawaran pasar. Faktor ekonomi klasik ya, sob. Asal pembuatan wine juga
ternyata mempengaruhi nilai jual lho. Wine yang di produksi dari perkebunan di Bourdeux,
Prancis atau di California, Amerika Serikat, serta di Italia, umumnya memiliki kualitas yang
mumpuni. Yang juga sangat berpengaruh terhadap harga jual adalah kelangkaan wine. Semakin
langka semakin mahal. Pun, semakin lama usia wine, potensi kenaikan harganya akan semakin
besar. Namun faktor-faktor penentu tersebut bukan bersifat mutlak, sob. Sebagaimana barang
koleksi yang didasarkan pada hobi, maka nilai suatu wine lebih ditentukan karena keterikatan
emosi. Rekor wine termahal di dunia dipegang oleh sebotol wine Burgundy bikinan Domaine de
la Romane-Conti (DRC) produksi tahun 1945, mencapai harga 558.000 US Dollar. Kala itu dijual
balai lelang Sotheby's pada tahun 2018.
Terdapat perbedaan dalam jual beli wine biasa dengan wine sebagai instrumen investasi, sob.
Umumnya, wine sebagai instrumen investasi akan dijual secara individu ke sesama kolektor
atau melalui pasar lelang. Para kolektor juga hanya bisa membeli wine tersebut melalui
perusahaan yang berperan sebagai perantara, sob. Lalu perusahaan perantara akan
menyimpankan wine tersebut di tempat khusus dengan temperatur serta perawatan khusus.
Hal ini agar terjaga higienitasnya, keaslian, wine tidak rusak, serta keamanannya. Sebenarnya
kolektor bisa menyimpan wine-nya sendiri, namun akan mengalami penurunan harga jika
nantinya akan dijual lagi. Karena tidak ada jaminan apakah kolektor tersebut merawat wine-nya
dengan baik, alias tidak rusak, serta terjaga keasliannya.
Investasi wine tergolong investasi berisiko tinggi, sob. Salah satunya risiko likuiditas. Karena
pasar wine tercipta dari komunitas tertentu, yang pelaku pasarnya tidak sebesar pasar
keuangan. Investasi wine juga tidak likuid, butuh waktu dan proses dalam
memperjualbelikannya. Harga jual wine sebagai investasi pada dasarnya tidak dapat diprediksi.
Sebab tidak ada sentralisasi perdagangan untuk produk tersebut. Bisa saja suatu wine yang
sama akan punya harga yang berbeda di tempat yang berbeda. Wine butuh tempat dan
perawatan khusus oleh pihak perantara yang memang punya ahli dibidangnya.
Yohan Handoyo, wine sommalier (ahli dalam minuman anggur), sekaligus kolektor wine,
membagi tips bagi yang ingin berinvestasi wine, sob. Pertama koleksilah wine yang tergolong
langka karena biasanya wine yang masuk katagori ini punya nilai jual tinggi. Kedua, pilih wine
yang punya ulasan bagus. Biasanya produsen wine melakukan uji, mengundang penikmat dan
jurnalis wine. Jika ulasannya bagus, maka harga jualnya semakin tinggi. Dia juga mengatakan
bahwa potensi investasi wine di Indonesia masih sangat kecil. Hal ini dilihat dari sisi
masyarakatnya sendiri yang belum memiliki minat dan literasi, juga dari sisi produknya,
termasuk dari sisi system regulasi yang belum mendukung perkembangan wine sebagai suatu
instrumen investasi.
Sumber foto : freepik.com