Harga emas minggu ini diawali dari koreksi tajam, diikuti
kenaikan, lalu diakhiri oleh pergerakan menyamping. Sepertinya emas sedang bingung
dan memikirkan arah pergerakan berikutnya. Harga emas minggu ini memiliki titik
tertinggi di Rp 836.000 dan titik terendah di Rp 803.000 (grafik harga
sehatigold.com).
Hal ini disebabkan oleh banyaknya berita-berita yang “membingungkan”.
Berita baik datang dari kemungkinan ditemukannya metode pengobatan pandemic COVID-19
dan kondisi ekonomi China yang perlahan-lahan memasuki tahap pemulihan semenjak
luluh lantak karena lockdown. Berita-berita tersebut disambut hangat dan
merupakan faktor-faktor yang menekan harga emas turun.
Di satu sisi, ada beberapa berita yang cukup mengkhawatirkan
pasar. Yang pertama, dengan dikeluarkannya kabar bahwa masyarakat Uni Eropa akan
memasuki masa-masa resesi terburuknya, dengan prediksi pertumbuhan ekonomi
-7,4%.
Kabar buruk lainnya timbul dari data-data ekonomi Negara Amerika
Serikat yang memberikan peringatan mengenai kemungkinan Negara Paman Sam ini
memasuki resesi ekonomi. Data yang pertama datang dari angka pengangguran
mingguan yang mecapai 3,2 juta. Angka ini berada di atas rata-rata. Data
berikutnya adalah jumlah lapangan pekerjaan yang hilang sebesar 22 juta di
bulan April 2020. Angka tersebut melebihi krisis keuangan di tahun 2008 silam.
Berita yang saling bertolak belakang tersebut membuat harga
emas bergerak menyamping. Emas, sebagai aset minim resiko merupakan pilihan
pertama orang-orang yang hendak berinvestasi. Membeli emas dapat dijadikan sarana
untuk berinvestasi di saat kondisi ekonomi yang buruk karena di saat tersebut,
emas biasanya mampu memberikan keuntungan yang jauh lebih baik daripada investasi
yang lainnya.